Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi setiap mukmin.
Berikut ini beberapa keistimewaannya bulan ramadhan:
1. Ramadhan adalah rabi’ul hayat (musim semi kehidupan) bagi setiap muslim dan bagi umat ini.
1. Ramadhan adalah rabi’ul hayat (musim semi kehidupan) bagi setiap muslim dan bagi umat ini.
Sebagaimana musim semi dimana daun-daun kembali tumbuh dan
bunga-bunga bermekaran, setelah sebelumnya kering kerontang, udara menjadi
segar setelah sebelumnya kering menusuk tulang, maka demikianlah ramadhan. Di
bulan ramadhan, pikiran kita disegarkan kembali dengan banyaknya taklim di
masjid-masjid, di kantor-kantor, di radio, di televisi, di surat-surat kabar.
Pikiran kita diajak kembali untuk memahami ajaran agama kita. Di bulan ramadhan, rohani kita disegarkan kembali dengan bacaan Al-Qur’an, sholat tarawih, dan puasa itu sendiri. Di bulan ramadhan, jasad kita pun disegarkan kembali dengan puasa, yang menurut para ahli kesehatan dan medis, bisa menetralisir racun-racun dalam tubuh, dan secara umum sangat baik untuk kesehatan tubuh. Keluarga-keluarga muslim juga dieratkan dengan berbuka, makan sahur bersama, dan sebagainya. Umat Islam secara keseluruhan juga dieratkan dengan saling tolong menolong, memberi infaq, zakat dan shadaqah, dan saling bersilaturahim.
Pikiran kita diajak kembali untuk memahami ajaran agama kita. Di bulan ramadhan, rohani kita disegarkan kembali dengan bacaan Al-Qur’an, sholat tarawih, dan puasa itu sendiri. Di bulan ramadhan, jasad kita pun disegarkan kembali dengan puasa, yang menurut para ahli kesehatan dan medis, bisa menetralisir racun-racun dalam tubuh, dan secara umum sangat baik untuk kesehatan tubuh. Keluarga-keluarga muslim juga dieratkan dengan berbuka, makan sahur bersama, dan sebagainya. Umat Islam secara keseluruhan juga dieratkan dengan saling tolong menolong, memberi infaq, zakat dan shadaqah, dan saling bersilaturahim.
2. Ramadhan adalah bulan penghapusan dosa.
Dahulu, para salafunash shalih, generasi terdahulu umat
ini, jika ramadhan akan datang, mereka mengucapkan: marhaban bil muthahhir
“selamat datang bulan penghapus dosa”. Mengapa? Karena selama sebelas bulan
sebelum ramadhan telah banyak dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, dan
ramadhan adalah kesempatan emas untuk memohon ampunan dari Allah.
Ramadhan adalah sarana penghapusan dosa yang bersifat
tahunan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: ”Dari
ramadhan ke ramadhan, dari jum’at ke jum’at, dan dari sholat lima waktu ke
sholat lima waktu yang lain, adalah sarana penghapusan dosa.” Dan tidakkah
kita dengar sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa
yang berpuasa ramadhan atas dasar iman dan berharap-harap ridha Allah, maka
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” “Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam ramadhan dengan sholat
(tarawih) atas dasar iman dan berharap-harap ridha Allah, maka akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” “Barangsiapa
yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan sholat (tarawih) atas dasar
iman dan berharap-harap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.”
3. Ramadhan adalah bulan kesabaran.
Dengan ramadhan, kita dilatih untuk menjadi manusia yang
sabar, artinya: yang bisa mengendalikan diri. Dan dengan kemampuan
mengendalikan diri inilah, kita bisa berbeda dengan binatang. Jika ada seekor
binatang mendapati makanan kesukaannya di tengah jalan, apa yang akan ia
lakukan? Apakah ia akan menimbang-nimbang dulu: bolehkah makanan ini aku
santap? Tentu ia akan langsung saja menyantapnya tanpa pernah berpikir boleh
dan tidaknya, apalagi pantas dan tidaknya.
Di bulan ramadhan, makanan dan minuman yang jelas-jelas
halal saja tidak kita makan, meski kita sedang lapar dan sedang kehausan.
Semata-mata karena perintah Allah. Jika makanan yang halal saja kita hindari,
apalagi makanan yang haram? Dan dalam kehidupan kita sekarang ini, kita lihat
betapa banyak orang – yang bahkan muslim – memakan yang haram. Yang diperoleh
dengan menipu, mencuri, korupsi, manipulasi, penggelapan, bahkan merampok dan
menodong.
Di bulan ramadhan, istri yang jelas-jelas halal saja
dijauhi. Maka apalagi wanita yang tidak halal? Sementara saat ini kita melihat
betapa banyak orang – yang bahkan muslim – yang melakukan zina dengan wanita
yang tidak halal baginya. Inilah ramadhan, yang akan melatih diri kita untuk
sabar: bisa mengendalikan diri.
4. Ramadhan adalah bulan untuk berbekal.
Wa tazawwaduu fainna khairaz zaadit taqwaa (Dan
berbekallah kalian. Maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa). Dan
bulan ramadhan ini tidak lain adalah la’allakum tattaquun, untuk meraih derajat
taqwa. Karena itu ramadhan semestinya dijadikan sebagai waktu khusus penyiapan
bekal untuk sebelas bulan berikutnya sesudah ramadhan. Ini tidak ada bedanya
seperti men-charge baterai ponsel kita. Karena itu, ramadhan yang benar adalah
jika kebaikan dan ketaatan kita bisa terus berlanjut sesudah ramadhan. Dan itu
adalah indikasi bahwa ramadhan kita diterima.
Jangan sampai kita menjadi orang-orang ramadhani, yaitu
penyembah bulan ramadhan, yang hanya baik ketika ramadhan saja. Begitu ramadhan
lewat, kita tidak lagi menjadi baik. Sebaliknya, jadilah orang-orang yang
rabbani, yaitu penyembah Rabb (tuhan kita), yaitu Allah swt. Sebagaimana Allah
selalu ada, maka kita juga selalu baik meski ramadhan telah lewat.
Kita semua adalah musafir, dengan tujuan negeri akhirat.
Karena kita musafir maka kita perlu perbekalan. Wa tazawwaduu fainna khairaz
zaadit taqwaa. Dan taqwa itu bisa kita peroleh dengan ibadah ramadhan
(la’allakum tattaquun).
5. Ramadhan bukanlah membalik siang menjadi malam, dan malam menjadi siang.
Siang banyak tidur dan malam banyak makan. Siang menjadi
malas, padahal dahulu banyak peperangan dan kemenangan dalam sejarah Islam yang
justru terjadi di bulan Ramadhan, seperti kemenangan besar dalam Perang Badar
Al-Kubra, Fathu Makkah (Pembebasan Kota Mekah), Ain Jalut, dan sebagainya. Boleh
saja kita mengatur ritme pekerjaan agar tubuh bisa menyesuaikan diri, tapi
tidak untuk bermalas-malas dan tidur-tiduran saja.
Sayangnya, jutru banyak rumah tangga yang uang belanja untuk
masaknya menjadi membengkak di bulan Ramadhan, padahal Ramadhan adalah bulan
menahan diri dari makan. Yang betul adalah pengeluaran di bulan Ramadhan memang
mestinya lebih banyak, tapi bukan pengeluaran untuk masak. Lalu untuk apa?
Untuk berinfaq dan berzakat.
No comments:
Post a Comment